Selasa, 01 September 2009

Teror penembakan di kawasan PT Freeport

Oleh: Kusnadiyono

Tindak kekerasan ini sudah dimulai sejak tahun 1977.di kawasan PT Freeport Indonesia Timika Papua Ternyata terus berlanjut. sejak 11 Juli 2009 tercatat ada tiga tindak kekerasan di kawasan itu yang menyebabkan dua orang meninggal dan lima luka parah, baik dari sipil maupun Polri

Penembakan Drew Nicolas yang sehari-hari bertugas di Departemen Expert Munical Construction PT Freeportterjadi sekitar pukul 05.30 WIT,di Mile-53 itu saat mobil naas jenis LWB bernomor lambung 01-2587 yang dikemudikan Jon Biggs dengan tiga orang antara lain, korban, Maju Panjaitan, dan Lidan Madandan dalam perjalanan ke Timika dari Tembagapura. Drew Nicolas Grant (38) tertembak pada bagian dada dan leher.

Sementara itu, Markus Rante Alo yang terkena tembakan hari Minggu di bagian punggung dan sempat dirawat intensif di Klinik Kuala Kencana, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 12.00 WIT. Markus bersama dua rekannya, yaitu Edy Jawaro dan Pieter Bunga, sekitar pukul 10.00 WIT membawa logistik dari Timika menuju Tembagapura. Logistik ini rencananya diberikan kepada aparat keamanan yang sedang melakukan penyisiran pascapenembakan Nicholas Grant. Markus terkena tembakan di bagian punggung, sedangkan Edy Jawaro dan Pieter Bunga terkena tembakan di bagian kaki. Mereka dirawat intensif di Klinik Kuala Kencana dan pada akhirnya nyawa Markus tidak tertolong.

Sebanyak dua anggota Brimob Polda Papua, Rabu (15/7) siang, ditembak orang tak dikenal di sekitar Mile 54, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.Seperti dikutip Antara dari Timika, kedua anggota Brimob yang bertugas di Timika tertembak saat mobil yang ditumpanginya melintas di kawasan tersebut. Para penyerang terlebih dahulu menembak roda mobil yang mengangkut anggota Brimob. Kedua anggota itu masing-masing Bripka Jimmy Renhard terkena kaki dan Briptu Abraham Ngamelubun terkena pantat dan paha. Saat ini mereka sedang mendapat perawatan intensif di RS Kuala Kencana, Timika.



Akar Persoalan
Meski tanah Papua dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa tetapi rakyat Papua dinilai tetap miskin dan terbelakang. "Tuhan menciptakan kita di atas tanah yang luar biasa. Masyarakat hanya sebagai penonton. Kita telanjang di atas tanah yang kaya ungkap Titus Natkime perwakilan pemilik hak ulayat tanah operasi PT Freeport akibat adanya diskriminasi dan ketidakadilan yang selama ini dilakukan oleh PT Freeport yang mulai beroperasi tahun 1967 .
Kekerasan yang terjadi di Papua akibat adanya ketidakadilan dengan diberikan ruang sangat besar oleh Pemerintah kepada PT Freeport untuk mengeksploitasi kekayaan tanah Papua. "PT Freeport mengeksploitasi dan mengakses kehidupan politik, ekonomi, dan sosial rakyat Papua. Ketika sudah kebablasan, pemerintah tidak berdaya,

Menurut Amir, dalam studi Elsam yang banyak mengkaji persoalan di tanah Papua, kehadiran PT Freeport di Timika mengandung masalah serius, sehingga tidak mengherankan tindak kekerasan masih terus berlangsung, ada dua persoalan pokok di kawasan tambang emas dan tembaga tersebut sehingga tindak kekerasan masih berlanjut. Pertama, Kehadiran PT Freeport tidak memberikan perbaikan hidup bagi orang asli Papua yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Kedua, sejak PT Freeport hadir di sana, pola interaksi antarpersonal maupun suku berubah. Hal ini disebabkan imigrasi besar-besaran orang luar Papua masuk ke daerah tersebut. "Data menunjukkan 70 persen penduduk kota Timika adalah pendatang," ungkap Amir.


Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forqan, jalan keluar untuk mengatasi segala kekerasan dan ketidakadilan yang selama ini terjadi di Papua adalah dengan

  1. menghentikan total operasi PT Freeport. "SBY jika punya komitmen terhadap rakyat Papua harus menghentikan operasi PT Freeport," lontarnya.
  2. Pemerintah, tambahnya, juga harus membentuk komite independen yang beranggotakan pakar hukum, lingkungan, sosial untuk mengkaji ulang segala aspek, mulai dari HAM, ekologi, sosial, hingga ekonomi.
  3. pemerintah memfasilitasi konsultasi publik yang menghadirkan rakyat Papua terutama masyarakat sekitar PT Freeport untuk mendapatkan gambaran sebenarnya yang selama ini terjadi.
  4. penegakan hukum terhadap kerusakan lingkungan serta HAM,"
  5. Para pekerja bisa dialihkan untuk pemulihan ekologi dan ekonomi,

siapa pelakunya ?
penggunaan senjata api modern serta ketrampilan pelakunya dalam menggunakannya menimbulkan tanda tanya besar, siapa pelaku penembakan dan siapa penyandang dana atau orang yang dibelakangnya. hal ini mengingat tidaklah mudah mendapatkan senjata api dan harganyapun tidak murah.
berbagai spekulasi beredar diantara argument disampaikan, antara lain oleh Wakil Ketua Komsi III DRP Suripto yang menduga pelaku penembakan di Timka adalah bekas anggota Komando pasukan Khusus (Kopassus) yang disersi. Alasannya, penembakan tersebut tidak mungkin serapi itu kalau tidak dilakukan oleh tenaga profesional dan terlatih.disamping itu di daerah Timika masih banyak mantan anggota Kopassus yang disersi. Namun beliau tidak tahu persis apakah para pelaku itu membuat kerusuhan atas inistaif sendiri atau atas suruhan orang lain, inilah yang perlu dikaji lagi. Namun sebaiknya kita tunggu saja hasil penyelidikan Polri untuk mengungkap teka teki ini.



artikel terkait:

Kekerasan di Papua akibat Ketidakadilan PT Freeport

Konvoi Logistik PT Freeport Ditembaki

Penembakan Timika, Kemungkinan Dilakukan Mantan Anggota Kopassus

Kekerasan Sudah Terjadi di Freeport Sejak 1977

Penembakan Kembali Terjadi di Papua, Dua Brimob Terluka

Polisi Kejar Pelaku Penembakan di Papua

WN Australia, Korban Penembakan di Freeport

Tidak ada komentar:

Posting Komentar