Kamis, 30 Juli 2009

Uigur - Etnis Yang Terlupakan

Awal bulan Juli 2009 terjadi bentrokan berdarah antara etnis Uigur yang muslim dan etnis Han-Cina di Ürümqi, ibukota Provinsi Xinjiang di Cina. Menurut laporan resmi pemerintah Cina 158 orang tewas dan lebih dari 1000 luka-luka. Kelompok Uigur sebaliknya memperkirakan jumlah korban mencapai 800 orang. Pemerintah Cina mengumumkan akan menindak keras dalang-dalang dari kerusuhan tersebut. Mereka bahkan bisa terancam hukuman mati.

Kaum Uigur sebenarnya termasuk etnis Turk, yaitu etnis di daerah antara Asia dan Eropa yang memiliki rumpun bahasa Turki. Jumlah suku Uigur kira-kira 10 juta orang.Mereka penganut aliran Islam moderat. Lebih dari 8 juta warga Uighur hidup di bagian timur wilayah Turkistan di barat laut Cina. Di Cina daerah ini dinamakan “Xinjiang” (provinsi perbatasan yang masuk belakangan). Tahun 1955 Cina memasukkan Xinjiang ke dalam wilayahnya. Pemerintah lalu menggagas program migrasi besar-besaran etnis Han-Cina ke sana. Sejak itu warga Uigur berjuang untuk melepaskan diri dari Cina. Sejak serangan teroris 11 September 2001, pemerintah di Beijing selalu berusaha mempengaruhi opini publik bahwa gelombang protes kaum Uigur adalah aksi teroris. seterusnya....


Kala Teroris Menyalip di Tikungan (Lagi)


Sejumlah anak menyaksikan lubang ditemukannya bahan bom di belakang rumah Bahrudin Latif, mertua Noordin M Top di Cilacap.

Jumat, 31 Juli 2009 | 05:04 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Mohamad Burhanudin

KOMPAS.com — Dalam dua bulan terakhir, Cilacap seakan tak pernah sepi dari pemberitaan media. Di tengah compang-campingnya birokrasi akibat banyaknya pejabat di pemerintah kabupaten setempat yang ditahan penegak hukum karena kasus korupsi, sejumlah warga Cilacap diringkus Densus 88 karena diduga terkait jaringan terorisme. Sebagian lagi kini menghilang dan menjadi buron

Sejumlah titik di wilayah ini akhirnya terungkap menjadi basis jaringan terorisme. Lebih mengejutkan lagi, dalam beberapa tahun terakhir akhirnya diketahui buron terorisme utama di Indonesia, Noordin M Top, tinggal di wilayah yang terletak di ujung barat daya Jawa Tengah tersebut. Seterusnya....

Densus 88 Pulangkan Ahmadi

Minggu, 26 Juli 2009 | 15:24 WIB
CILACAP, KOMPAS.com — Densus 88 memulangkan Ahmadi alias Ahmad Jenggot yang diduga sebagai kurir gembong teroris Noordin M Top ke kampung halamannya di Desa Sikanco, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah. "Ahmadi telah dipulangkan tadi pagi dan diserahkan langsung oleh Densus 88 kepada kami," kata Kepala Desa Sikanco Suparno, didampingi ipar Ahmadi (kakak istri Ahmadi, Roikoh), Mansur, di Sikanco, Minggu (26/7). Seterusnya...

Tentara Buru Boko Haram

Rabu, 29 Juli 2009 | 18:42 WIB

LAGOS, KOMPAS.com - Tentara Nigeria, Rabu (29/7), terus melacak keberadaan para anggota sekte Boko Haram yang dituding melakukan pembantaian di kota-kota wilayah utara negara itu. Pasukan pemerintah mencari di kawasan dekat kediaman pemimpin sekte Mohammed Yusuf di Maiduguri, ibu kota negara bagian Borno. Selasa kemarin tentara menyerang tempat perlindungan mereka. Terjadi baku tembak dengan militan. Setidaknya 140 orang tewas dalam 3 hari kekerasan di kawasan itu. Seterusnya....

Bom Mobil Meledak di Spanyol, Puluhan Orang Terluka

Rabu, 29 Juli 2009 | 17:52 WIB
BURGOS, KOMPAS.com — Sebanyak 46 orang menderita luka akibat ledakan sebuah bom mobil berkekuatan besar di luar barak polisi di Burgos, Spanyol Utara, Rabu (29/7). Pemerintah setempat mengaitkan serangan itu dengan gerakan separatis Basque dari kelompok ETA. Pejabat pemerintah setempat, Miguel Alejo, mengatakan, kebanyakan korban terkena pecahan kaca dan 38 orang dirawat di rumah sakit. Para korban umumnya anggota kepolisian dan keluarga mereka. seterusnya......

Ratusan Jenazah Tergeletak di Jalan-jalan Nigeria



Puluhan mayat tergeletak di jalan depan markas polisi di Nigeria.


Rabu, 29 Juli 2009 | 01:00 WIB
MAIDUGURI, KOMPAS.com-Pemerintah Nigeria memperketat pengamanan di wilayah utara menyusul dua hari kerusuhan yang menewaskan sedikitnya 100 orang.
Tentara telah mempersiapkan penghalang jalan dan memberlakukan jam malam di kawasan Yobe, Kano, Borno dan negara-negara bagian di dataran tinggi.
Kaum militan Islam tengah bersiap melakukan serangan di sejumlah kantor pemerintah dan pos-pos polisi. Dilaporkan sekelompok pemuda bersenjatakan parang dan senjata api secara acak membunuh para perwira polisi dan warga sipil. Seterusnya....

9 Anak Calon Pengebom Bunuh Diri Diselamatkan

Selasa, 28 Juli 2009 | 18:07 WIB

KARACHI, KOMPAS.com — Pasukan keamanan Pakistan yang bertempur melawan gerilyawan Taliban di Lembah Swat telah menyelamatkan sejumlah anak laki-laki yang dipersiapkan menjadi pengebom bunuh diri.Seorang perwira senior di Provinsi West Frontier mengatakan, sembilan anak laki-laki ditemukan dalam razia, sedangkan dua lagi secara sukarela menyerahkan diri.
Seorang komandan angkatan darat di Swat mengatakan, beberapa anak lagi diserahkan oleh keluarga mereka. "Mereka telah dicuci otak begitu rupa dan bahkan mereka menyebut para orangtuanya kafir," kata Menteri Senior di pemerintahan provinsi, Bashir Bilour, kepada Reuters. seterusnya....

Enam Warga AS Jadi Tersangka Teroris

Selasa, 28 Juli 2009 | 14:47 WIB WASHINGTON, KOMPAS.com — Tujuh orang termasuk enam warga negara Amerika Serikat ditangkap di negara bagian North Carolina, AS, dengan dakwaan merencanakan aksi terorisme. Para tersangka, yang meliputi seorang ayah dan dua putranya, ditangkap oleh polisi federal pekan lalu dan mulai disidangkan. Demikian antara lain isi pernyataan dari Departemen Kehakiman AS seperti dilansir AFP, Selasa (28/7).
Semua pria itu, yang berusia dari 20 sampai 39 tahun dan meliputi enam warga negara AS serta seorang warga tak jelas, dihadapkan ke pengadilan federal di Raleigh, North Carolina, tempat mereka tinggal, segera setelah mereka ditangkap. seterusnya.....

Warga AS Anggota Al Qaeda Divonis Seumur Hidup

Selasa, 28 Juli 2009 | 14:58 WIB WASHINGTON, KOMPAS.com-Warga AS, Ahmed Omar Abu Ali, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena ikut rencana Al Qaeda untuk membunuh presiden kala itu, George W Bush. Hukuman terhadap Abu Ali, dibacakan oleh Hakim Gerald Bruce di ruang pengadilan Virginia, Alexandria, Senin (27/7). Vonis itu menggantikan hukuman 30 tahun penjara sebelumnya yang dijatuhkan pada 2006.
Salah seorang pengacara Abu Ali, Ashraf Nubani, mengatakan pada AFP bahwa kliennya akan mengajukan banding dengan harapan bahwa keadilan akan menang.Abu Ali (28) lahir dan dididik di AS. Ia dihukum pada akhir 2005 berdasar enam tuduhan, termasuk memberikan bantuan material pada jaringan Al Qaeda. seterusnya.....

Rabu, 29 Juli 2009

Klaim Noordin M Top Beredar di Internet

Malaysia yang diduga terkait dengan sejumlah kasus pengeboman yang terjadi di Indonesia di Stasiun Kereta Api Pasar Turi, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/7).

Rabu, 29 Juli 2009 | 16:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan mengatasnamakan Noordin M Top sebagai Amir Tandzim Al Qo'idah Indonesia, yang menyatakan bertanggung jawab atas peledakan Hotel Marriott dan Ritz Carlton, beredar di internet. Pada pernyataan itu nama buruan nomor wahid polisi itu ditulis Abu Mu'awwidz Nur Din bin Muhammad Top Hafidzohullah.

Berdasarkan tanggal penyataaan itu diunggah, pernyataan itu ternyata sudah ada sejak tanggal 18 Juli lalu, di sebuah blog beralamat http://bushro2.blogspot.com. Selain itu pada hari Minggu (26/7) kembali diunggah ke blog beralamat http://mediaislam-bushro.blogspot.com. seterusnya.....

Selasa, 28 Juli 2009

Pesawat Tempur China Jian-10, Bukti Kemandirian Militer China

Jian-10

Pesawat Tempur J-10 Buatan China

Empat dekade yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia setara Korea Selatan, Thailand bahkan China dan Malaysia. Meskipun sama-sama dalam kualitas ekonomi, namun Indonesia memiliki kelebihan dibanding negara-negara tersebut dalam hal sumberdaya alam. Namun, beriring pergantian dekade demi dekade, hingga saat ini Indonesia telah ketinggalan dalam bidang ekonomi. Kini negara-negara yang miskin kekayaan alam itu sudah jauh meninggalkan Indonesia baik ekonomi, pendidikan hingga militer. seterusnya.......

Senin, 27 Juli 2009

Merindukan Mati Syahid

Salah satu fenomena menonjol yang terlihat pada kebanyakan warga Gaza ialah kecintaan mereka akan mati syahid. Setiap kali seorang anggota keluarga diwawancarai mengenai nasib keluarganya, maka ia otomatis menjawab: ”Abang saya telah syahid ketika kena mortir Yahudi.” Istilah syahid untuk mengungkapkan kematian anggota keluarga tampaknya sudah menjadi kebiasaan di kalangan warga Gaza. Entah ini merupakan keberhasilan Hamas dalam mempersiapkan warga Gaza menghadapi keadaan seperti yang mereka alami dewasa ini atau memang ini sudah menjadi pemahaman mendarah daging bangsa Palestina. Apapun, yang jelas ini merupakan nilai mulia menurut ajaran Islam. seterusnya....

Bom Bunuh Diri

Masih banyak dari kaum muslimin yang menganggap apa yang dilakukan para mujahidin Palestina adalah bom bunuh diri. Sungguh pemahaman keliru yang berhasil dimasukkan oleh media-media barat kedalam fikiran-fikiran umat ini demi melemahkan semangat perlawanan para mujahidin di bumi jihad Palestina dan memberikan image yang buruk terhadap perjuangan mereka dikalangan umat manusia di dunia.
Memang secara lahiriyah adanya kesamaan antara bom bunuh diri dengan apa yang dilakukan mujahidin Palestina akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar diantara keduanya, yaitu pada niat para pelakunya. seterusnya......

Darra Adamkhel : Pabrik Senjata Terkenal di Pakistan


Darra Adamkhel hanyalah sebuah kota kecil yang kumuh, terdiri dari satu jalan utama dengan beberapa gang dan di dalamnya banyak toko-toko dan pabrik-pabrik kecil, merupakan salah satu tempat yang paling terkenal dan sangat unik yang ada di Pakistan.
Di tempat ini, di mana setiap orang dapat dengan mudah membeli senjata yang dibuat oleh penduduk lokal - yang dapat memproduksi tiruan dari berbagai macam senjata yang ada di dunia. Kami dapat menduplikat berbagai macam senjata, bahkan sebuah roket peluncur," kata Gulrez Khan seorang dealer senjata yang ada di kota tersebut kepada IOL. seterusnya.....

Selasa, 21 Juli 2009

Musnahkan Bom PD II

PALEMBANG - Daerah di sekitar Lapangan Udara Talang Betutu Palembang, Sumatera Selatan, agaknya, banyak menyimpan bom. Kemarin, untuk yang kesekian, ditemukan bom seberat 250 kilogram, sepanjang 1,6 meter, dan berdiameter 30 sentimeter.

Beberapa saat sebelum bom itu diledakkan, ditemukan bom sejenis dengan berat lebih ringan, 110 kilogram. Kedua bom yang diduga peninggalan Perang Dunia II tersebut terkubur di ujung jalan yang dulu difungsikan sebagai landasan pacu. Hasil pengamatan menunjukkan bom tersebut memiliki daya ledak tinggi (high explosive) dan masih aktif. seterusnya....

Ya Ampun... Pelaku Teror Bom Itu Masih Bocah

Selasa, 21 Juli 2009 | 22:06 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Jajaran Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, Selasa (21/7) petang, mengamankan seorang bocah autis berusia 12 tahun, warga Kompleks Griya Bandung Asri, Kelurahan Ciganitri, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, yang diduga sebagai pelaku teror ancaman bom terhadap Hotel Sheraton Inn.

Setelah dilakukan pemeriksaan, bocah berinisial NDF (12) ternyata menderita autis. Jajaran Reskrim Polwiltabes Bandung masih mencari seorang teman bocah itu yang disebut-sebut memberikan nomor telepon. seterusnya......

Ibrahim Diduga Pelaku Bom di Ritz-Carlton

Didi Syafirdi - detikNews
Jakarta - Keberadaan Ibrahim, seorang florist di Hotel The Ritz-Carlton, sempat menjadi misteri. Namun, kini bisa dipastikan Ibrahim tewas dalam ledakan bom itu. Yang mengejutkan, ada dugaan bahwa Ibrahim merupakan pelaku bom di Ritz-Carlton. Salah satu indikasinya, jenazah Ibrahim hancur saat ditemukan di Ritz.
Memang polisi belum memastikan bahwa Ibrahim menjadi korban tewas. Saat ini, polisi masih menunggu hasil tes DNA keluarga Ibrahim. Kemungkinan hasil tes DNA keluarga Ibrahim akan bisa diketahui dua atau tiga hari mendatang. seterusnya.....

Dana Bom Marriott dan Ritz Diindikasi dari Luar

Rabu, 22 Juli 2009 | 06:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com-Peledakan bom secara paralel di dua hotel simbol Barat, JW Marriott dan Ritz-Carlton, disinyalir didanai jaringan internasional Al Qaeda. Kedatangan beberapa orang dari Pakistan dan suatu negara di kawasan Timur Tengah sebelum peledakan itu juga disinyalir terkait rencana peledakan bom.Polisi mulai mendapatkan titik terang soal indikasi itu tiga hari pascapeledakan bom di Mega Kuningan. Indikasi ini paralel dengan data Direktorat Jenderal Imigrasi.
Saat dikonfirmasi soal tren arus imigran tersebut, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Barimbing Maroloan mengakui adanya peningkatan. seterusnya.....

Skenario Teroris: Ledakkan 1808 Dulu, Baru JW Lounge

Selasa, 21 Juli 2009 | 17:25 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott pada hari Jumat (17/7) pagi diduga berencana meledakkan bom yang terdapat di Kamar 1808 terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengaktifkan bom yang dibawanya ke JW Lounge. Hal ini disampaikan oleh pakar terorisme, Wawan Purwanto, yang juga pendiri Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional, seterusnya........

Pengebom Hotel Marriott Lewati "Metal Detector" dengan Tenang

Selasa, 21 Juli 2009 | 08:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ada data terbaru mengenai tindakan teroris yang meledakkan dua hotel mewah, JW Marriott dan Ritz-Carlton, di Mega Kuningan, lima hari lalu. Pelaku bom bunuh diri di Marriott yang diyakini sebagai Nur Said ini melewati pemindai logam (metal detector) dengan tenang.
Barang-barang bawaannya pun diperiksa petugas keamanan, tetapi ia lolos tanpa dicurigai. Adapun seorang pengebom di Hotel Ritz-Carlton sempat salah menyebut nomor kamar saat ditegur petugas. Namun, ia nekat masuk ke restoran, kemudian memesan kopi sebelum meledakkan bom. seterusnya.....

Minggu, 19 Juli 2009

Nasir Tak Yakin Anaknya Pengebom Marriott

Minggu, 19 Juli 2009 | 15:09 WIB

TEMANGGUNG, KOMPAS.com — Muhammad Nasir (60), ayah Nur Sahid, tersangka pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott di Jakarta, mengatakan, tidak yakin anaknya terlibat aksi terorisme tersebut. "Saya harap itu bukan anak saya, saya harapkan itu kabar keliru," katanya dalam bahasa Jawa dengan didampingi salah seorang di antara enam anaknya, Safrudin (31), di Temanggung, Minggu.
Ia mengatakan, Nur yang merupakan anak ketiga dari enam anaknya itu lahir pada 24 Juli 1974. Sejak tahun 2001, katanya, dia tidak pulang ke rumah bersama istri dan dua anaknya. Nur menikahi istrinya pada 1999. Setelah pernikahan itu, katanya, dia tinggal di rumah mertuanya di Klaten, Jateng. "Sebelum tahun 2001, sering pulang ke rumah, apalagi saat Lebaran, tetapi setelah itu kami tidak tahu," katanya. seterusnya


Begini Cara CIA Menyiksa Tersangka al-Qaidah

Jum'at, 17 April 2009 | 09:56 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintahan Barack Obama membuka memo yang mengungkapkan teknik penyiksaan biro intelijen Amerika Serikat, CIA, terhadap para tersangka al-Qaidah di sejumlah penjara rahasia di luar negeri. Penyiksaan ini mulai dari water boarding (membuat gelagapan dengan menyiramkan air pada tersangka yang diikat terlentang), memaksa tersangka tidak tidur selama 11 hari, meletakkan di sel gelap, menaruh di kotak kecil, sampai meletakkan serangga. Penyiksaan lain adalah menelanjangi, melempar tersangka ke dinding, memaksa tersangka terbangun dengan menyiram air es.

Detil penyiksaan itu muncul dari empat memo yang diumumkan pemerintahan Obama pada Kamis (16/4). Empat memo itu dibuat oleh Kantor Penasehat Hukum di Departemen Kehakiman antara 2002-2005. Kantor ini adalah lembaga paling tinggi dalam menafsirkan hukum di departemen itu. seterusnya

Obama Dikecam Tak Adili Penyiksa Tersangka al-Qaidah

Sabtu, 18 April 2009 | 11:57 WIB

TEMPO Interaktif, Washington: Pegiat hak asasi manusia di Amerika Serikat kecewa terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak akan mengadili agen CIA yang menyiksa tersangka al-Qaidah. Meski begitu, kelompok ini tetap menyambut baik keputusan Gedung Putih menerbitkan rincian teknik interogasi yang dinilai sama dengan penyiksaan.

Pegiat menilai tidak mengadili para agen itu merupakan kegagalan menegakkan hukum. Namun, kelompok yang lain mengatakan integorasi ala CIA membuat Amerika Serikat lebih aman. Mantan ketua CIA, Michael Hayden, yang menjalankan badan tersebut di bawah kepemimpinan George W. Bush mengatakan, langkah Gedung Putih ini akan mengganggu tugas-tugas intelejen, dan membuat badan asing enggan berbagi informasi dengan CIA. seterusnya

Bom Kuningan Identik dengan Bom Bali dan Cilacap

Minggu, 19 Juli 2009 | 13:33 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Polisi memastikan bom yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton memiliki kesamaan dengan bom Bali dan Cilacap. “Ada kesamaan,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, Ahad (19/7).

Nanan menerangkan, kesamaan itu terihat dari bentuk rangkaian dan bahan baku yang dipergunakan oleh para pelaku. “Tapi jika bom yang terdahulu menggunakan gotri, bom yang meledak kali ini menggunakan mur dan baut,” ujarnya. Seterusnya

Abu Zar Pemilik Foto Target SBY

Sabtu, 18 Juli 2009 | 17:29 WIB

TEMPO Interaktif, Balikpapan - Markas Besar Kepolisian RI menemukan foto serta video Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dijadikan target latihan tembak di Kalimantan Timur. Ini merupakan sitaan barang bukti penangkapan tersangka teroris di Kalimantan Timur 5 Mei lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh Tempo, pada Mei lalu Detasemen Khusus Anti Teror 88 membekuk tersangka teroris Abu Zar alias Udin dan Lukman. Mereka ditangkap di toko bangunan UD Yazid Jaya di RT 27 Kelurahan Gunung Bahagia, Balikpapan. seterusnya

Sabtu, 18 Juli 2009

Pengebom Bunuh Diri di Ritz Carlton Kemungkinan Perempuan

Sabtu, 18 Juli 2009 | 18:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Polisi kini menyelidiki kemungkinan bahwa salah satu dari dua pengebom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott kemarin adalah perempuan. Dugaan ini berasal dari potongan-potongan tubuh di Hotel Ritz Carlton yang berasal dari sosok perempuan. Ada pun potongan kepala yang ditemukan di Hotel Marriott dan diduga adalah milik pengebom, berasal dari jazad laki-laki.

Mengenai dugaan bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri adalah perempuan, Kepala Divisi Humas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Chryshnanda belum mau berkomentar. Ia mengatakan saat ini proses identifikasi pelaku masih berlangsung. Seterusnya.......

Militan Asia Tenggara Gunakan Internet

Senin, 20 April 2009 | 15:16 WIB

TEMPO Interaktif, Singapura: Singapura Rajaratnam School of International Studies dan Australian Strategic Policy Institute melansir studi terbaru tentang aktivitas kelompok militan di Asia Tenggara. Mereka menemukan bahwa kelompok radikal itu beroperasi dengan canggih. Antara lain menggunakan Internet untuk menyebarkan ide-ide radikal, merekrut dan melatih pendukungnya.
Internet berperan sebagai alat pelatihan dan rekrutmen yang semakin berkembang. Fakta ini, kata studi itu, dapat menjadi ancaman bagi keamanan regional. "Badan keamanan mungkin mendeteksi bom manual, tetapi melewatkan proses radikalisasi yang menghasilkan pembom bunuh diri,” Seterusnya.....

Teror Bom di Indonesia (Beberapa di Luar Negeri) dari Waktu ke Waktu

Sabtu, 17 April 2004 | 06:35 WIB
Tempointeraktif.com

Selama 1962-2003, Indonesia sudah mencatat puluhan kali ledakan bom terjadi dalam skala kecil dan besar, setengahnya terjadi di Jakarta. Catatan dimulai dengan ledakan bom yang terjadi di kompleks Perguruan Cikini dalam upaya pembunuhan presiden pertama RI, Ir Soekarno, pada 1962. Seterusnya .........

Pelaku Bom Ritz-Carlton Menyusup Lewat Lorong Marriott?

Minggu, 19 Juli 2009 | 12:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang saksi mata di lapangan menduga, pelaku bom bunuh diri di Ritz-Carlton, Jumat (17/7) pagi lalu, berhasil masuk ke dalam hotel tersebut dengan melintasi lorong penghubung antara JW Marriott-Ritz-Carlton.

Dikatakan saksi tersebut, dirinya sempat melihat pria misterius tersebut keluar dari lorong tersebut beberapa saat setelah JW Marriott meledak. Bahkan, saksi yang enggan disebut namanya tersebut dapat menggambarkan ciri-ciri fisik pria misterius tersebut, seperti tinggi badan 170 meter dan potongan rambut disisir ke samping. seterusnya......

Pelaku Bom Pakai Modus Baru

Jumat, 17 Juli 2009 | 20:47 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak kepolisian menyatakan, aksi pengeboman di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott memakai modus baru. Itu terlihat dengan cara pelaku memasuki sasaran dan material bom yang dipakai. Hal ini disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Nanan Sukarna dalam jumpa pers di Mal Bellagio, Jakarta, Jumat (17/7).
Menurutnya, dengan penjagaan superketat dari pihak keamanan, seharusnya setiap bahan peledak dipastikan tidak bisa masuk ke area hotel. Indikasi lain, ditemukan sebuah bom yang masih aktif yang dimasukkan ke dalam tas laptop di kamar 1808 Hotel JW Marriott. seterusnya....

Pola Teror Bom, Sasaran Berikutnya Militer

Pola Teror Bom, Sasaran Berikutnya Militer
Sabtu, 18 Juli 2009 | 10:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerhati teror bom, Hermawan Sulistyo, menyebut bahwa militer dapat menjadi sasaran berikutnya dalam teror bom di Indonesia menyusul adanya ledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jumat (17/7) pagi. Hal ini terlihat berdasarkan pola teror bom yang terjadi di dunia. "Kalau bicara soal pola, bisa jadi akan masuk ke militer," kata lelaki yang akrab disapa Kiki ini, di sela-sela diskusi mingguan bertema 'Bom Lagi', di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (18/7). seterusnya..........

Kekerasan di Papua akibat Ketidakadilan PT Freeport

Kekerasan di Papua akibat Ketidakadilan PT Freeport
Beberapa aktivis dari Papua menyanyikan lagu daerahnya dalam unjuk rasa di Denpasar, Bali, Kamis (1/5). Mereka yang tergabung dalam Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua itu memprotes kinerja PT Freeport dan British Petroleum.


Kamis, 16 Juli 2009 | 12:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Insiden penembakan yang terjadi berturut-turut di Papua dinilai tidak terlepas dari rangkaian persoalan ketidakadilan yang timbul akibat beroperasinya PT Freeport Indonesia di Papua.

"PT Freeport menimbulkan kejahatan ekologi, tragedi kemanusiaan dan penjajahan ekonomi bangsa," ungkap Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forqan saat jumpa pers di kantor Walhi Jakarta, Kamis (16/7) siang.

Hadir pula dalam acara ini, Arkilaus Arnesius Baho dari Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat, serta Tinus Natkime, perwakilan hak ulayat tanah operasi PT Freeport.

Berry menegaskan, kekerasan yang terjadi di Papua akibat adanya ketidakadilan dengan diberikan ruang sangat besar oleh Pemerintah kepada PT Freeport untuk mengeksploitasi kekayaan tanah Papua. "PT Freeport mengeksploitasi dan mengakses kehidupan politik, ekonomi, dan sosial rakyat Papua. Ketika sudah kebablasan, pemerintah tidak berdaya," ungkapnya.

Kekerasan, perusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial, paparnya, telah melekat dalam sejarah operasi PT Freeport di Papua yang mulai beroperasi sejak tahun 1967. "Jangan hanya melihat persoalan pada kelompok-kelompok tertentu di Papua yang melakukan kekerasan," ucapnya.

Untuk itu, lanjut Berry, jalan keluar untuk mengatasi segala kekerasan dan ketidakadilan yang selama ini terjadi di Papua adalah dengan menghentikan total operasi PT Freeport. "SBY jika punya komitmen terhadap rakyat Papua harus menghentikan operasi PT Freeport," lontarnya.

Pemerintah, tambahnya, juga harus membentuk komite independen yang beranggotakan pakar hukum, lingkungan, sosial untuk mengkaji ulang segala aspek, mulai dari HAM, ekologi, sosial, hingga ekonomi.

Selain itu, langkah lain, pemerintah memfasilitasi konsultasi publik yang menghadirkan rakyat Papua terutama masyarakat sekitar PT Freeport untuk mendapatkan gambaran sebenarnya yang selama ini terjadi. "Sambil langkah-langkah tersebut berjalan, lakukan penegakan hukum terhadap kerusakan lingkungan serta HAM," ujarnya.

Jika benar operasi ditutup, lanjutnya, PT Freeport harus bertanggung jawab terhadap ekologi serta seluruh pekerja. "Para pekerja bisa dialihkan untuk pemulihan ekologi dan ekonomi," kata Berry.

Rakyat Papua "Telanjang" di Atas Tanah yang Kaya
Sejumlah anggota Brimob bersiaga penuh di check point 1 Mil 28, kawasan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Senin (20/3).
Kamis, 16 Juli 2009 | 13:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski tanah Papua dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa tetapi rakyat Papua dinilai tetap miskin dan terbelakang akibat adanya diskriminasi dan ketidakadilan yang selama ini dilakukan oleh PT Freeport yang mulai beroperasi tahun 1967 .

"Tuhan menciptakan kita di atas tanah yang luar biasa. Masyarakat hanya sebagai penonton. Kita telanjang di atas tanah yang kaya," ungkap Titus Natkime perwakilan pemilik hak ulayat tanah operasi PT Freeport saat jumpa pers di kantor Walhi Jakarta, Kamis (16/7).

Titus menegaskan, PT Freeport selama beroperasi tidak memperhatikan hak-hak rakyat Papua, sebagai contoh telah merebut hak atas tanah rakyat Papua. "Kita yang punya tanah tapi kita tetap miskin. Apakah kami harus miskin terus sampai kiamat," lontarnya.

Pemerintah, katanya, harus berjiwa besar melihat kondisi rakyat Papua yang sebenarnya jangan hanya melihat korban penembakan yang terjadi akhir-akhir ini."Pemerintah harus melihat keterbelakangan, diskriminasi, kerusakan lingkungan yang kami alami akibat PT Freeport," ungkapnya.

Menurut Titus, meski PT Freeport sudah memberikan satu persen hasil dari eksplorasi untuk rakyat Papua, namun itu tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat karena adanya aturan yang sangat ketat dalam pengucurannya. "Dana itu dikeluarkan bukan secara sukarela tapi hasil kerusuhan," katanya.

Ketua umum Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat Arkilaus Arnesius Baho mengatakan, kehancuran tatanan hukum, peradaban komunitas di Papua akibat perlakukan khusus secara berlebihan terhadap PT Freeport sehingga mengakibatkan serentetan tindakan kekerasan di Papua. "Negara dan PT Freeport harus bertanggungjawab atas kekerasan tersebut," tegasnya.

Untuk itu, lanjutnya, tidak ada cara lain untuk mengatasi masalah tersebut kecuali dengan menutup operasi PT. Freeport. "Jika tidak kekerasan akan terus terjadi di Papua," lontarnya.

WN Australia, Korban Penembakan di Freeport

WN Australia, Korban Penembakan di Freeport
Sejumlah anggota Brimob bersiaga penuh di check point 1 Mil 28, kawasan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Senin (20/3).

Sabtu, 11 Juli 2009 | 08:16 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto

JAYAPURA, KOMPAS.com — Korban penembakan orang tak dikenal di areal PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, Sabtu (11/7) pagi, adalah Drew Nicholas Grant (38), warga negara Australia. Ia bersama rekannya Lia Madandan, Maju Panjaitan, dan Lukan Jon Biggs dicegat sekelompok orang bersenjata yang menembak mobil mereka saat melintas di Mile 53, areal PT Freeport Indonesia.

Arah penembakan diduga berasal dari atas bukit. Saat itu Lukan yang mengendarai mobil perusahaan PT Freeport Indonesia bernomor LWB 01.2587. Pada pukul 05.20 WIT mereka dikejutkan penembakan yang mengakibatkan Drew tewas.

Kini, tiga penumpang lainnya, Lia Madandan, Maju Panjaitan serta Lukan Jon Biggs, masih dirawat di klinik Kuala Kencana.

Serahkan ke polisi

Sementara Juru Bicara PT Freeport Indonesia Mindo Pangaribuan mengatakan, aparat kepolisian saat ini telah berada di lokasi kejadian dan memberikan tambahan pengamanan agar tidak terjadi insiden serupa.

PT Freeport Indonesia sepenuhnya bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam melakukan penyelidikan insiden ini. "Kami berduka cita atas meninggalnya satu karyawan kami dalam insiden ini," kata Pangaribuan.

Polisi Kejar Pelaku Penembakan di Papua

Polisi Kejar Pelaku Penembakan di Papua
Minggu, 12 Juli 2009 | 13:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Personel polisi intensif melakukan pengejaran terhadap orang yang melakukan penembakan yang menewaskan seorang karyawan PT Freeport Indonesia berkebangsaan Australia, Drew Nicholas Grant.

Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Sulistyo Ishak ketika dikonfirmasi di Jakarta, Minggu, membenarkan pengejaran dilakukan dengan mengerahkan pasukan dari Polres Timika, Polda Papua, dan Mabes Polri.


"Sejauh ini belum ada informasi hasil pengejaran, apalagi, Minggu (12/7) pagi sekitar pukul 10.00 WIT, terjadi kembali penembakan di Mile-51 kawasan operasional PT Freeport Indonesia (PTFI) yang menewaskan Markus Rante Alo," ujarnya.

Dia juga mendapat informasi, pasca-insiden penembakan yang menewaskan Markus Rante itu, terjadi kontak senjata antara personel Densus 88 dan kelompok orang tidak dikenal di Mile-51.

"Kami melakukan pengejaran sambil melakukan penyelidikan di tempat kejadian perkara (TKP) guna proses penegakan hukum," kata Brigjen Sulistyo. Ia menambahkan, polisi akan menangani insiden tersebut sehingga kondisi di Papua benar-benar kondusif.

Khusus untuk korban warga Australia, dia menjelaskan, telah dilakukan otopsi jenazahnya di rumah sakit Cipto Mangungkusumo Jakarta, Minggu, setelah semalam dievakuasi dari Papua. Otopsi melibatkan personel kesehatan Mabes Polri dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Penembakan Drew Nicolas terjadi di Mile-53 itu saat mobil naas jenis LWB bernomor lambung 01-2587 yang dikemudikan Jon Biggs dengan tiga orang antara lain, korban, Maju Panjaitan, dan Lidan Madandan dalam perjalanan ke Timika dari Tembagapura.

Namun, sekitar pukul 05.30 WIT, saat melintas di Mile-53, mobil tersebut ditembaki hingga menewaskan korban yang sehari-hari bertugas di Departemen Expert Munical Construction PT Freeport. Drew Nicolas Grant (38) tertembak pada bagian dada dan leher.

Sementara itu, Markus Rante Alo yang terkena tembakan hari Minggu di bagian punggung dan sempat dirawat intensif di Klinik Kuala Kencana, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 12.00 WIT.

Markus bersama dua rekannya, yaitu Edy Jawaro dan Pieter Bunga, sekitar pukul 10.00 WIT membawa logistik dari Timika menuju Tembagapura.

Logistik ini rencananya diberikan kepada aparat keamanan yang sedang melakukan penyisiran pascapenembakan Nicholas Grant.

Markus terkena tembakan di bagian punggung, sedangkan Edy Jawaro dan Pieter Bunga terkena tembakan di bagian kaki. Mereka dirawat intensif di Klinik Kuala Kencana dan pada akhirnya nyawa Markus tidak tertolong.
Sent from Indosat BlackBerry powered by

Penembakan Kembali Terjadi di Papua, Dua Brimob Terluka

Penembakan Kembali Terjadi di Papua, Dua Brimob Terluka
Sejumlah anggota Brimob bersiaga penuh di check point 1 Mil 28, kawasan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Senin (20/3).

Rabu, 15 Juli 2009 | 16:38 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com — Sebanyak dua anggota Brimob Polda Papua, Rabu (15/7) siang, ditembak orang tak dikenal di sekitar Mile 54, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.

Seperti dikutip Antara dari Timika, kedua anggota Brimob yang bertugas di Timika tertembak saat mobil yang ditumpanginya melintas di kawasan tersebut.

Para penyerang terlebih dahulu menembak roda mobil yang mengangkut anggota Brimob. Kedua anggota itu masing-masing Bripka Jimmy Renhard terkena kaki dan Briptu Abraham Ngamelubun terkena pantat dan paha. Saat ini mereka sedang mendapat perawatan intensif di RS Kuala Kencana, Timika.

Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto yang dihubungi melalui telepon selulernya tidak berhasil dikontak karena masih mendampingi kunjungan kerja Sesmenko Polhukam Letjen TNI Romulo R Simbolon bersama rombongan.

Sesmenko Polhukam dan rombongan yang tiba di Timika, Rabu pagi, dijadwalkan meninjau langsung pos-pos pengamanan di sepanjang ruas jalan Timika-Tembagapura dengan pengawalan ketat dengan menggunakan enam buah kendaraan, satu di antaranya kendaraan bus yang membawa rombongan tersebut.

Akibat situasi keamanan yang tidak menentu, pimpinan PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak Rabu melarang aktivitas, baik ke Timika maupun dari Tembagapura. "Karena masalah keamanan, para karyawan yang berada di Timika tidak diizinkan kembali ke Tembagapura, demikian pula sebaliknya," tegas juru bicara PTFI, Mindo Pangaribuan.

Kekerasan Sudah Terjadi di Freeport Sejak 1977

Kekerasan Sudah Terjadi di Freeport Sejak 1977
Sejumlah anggota Brimob bersiaga penuh di check point 1 Mil 28, kawasan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Senin (20/3).
Kamis, 16 Juli 2009 | 11:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Teror penembakan di kawasan PT Freeport Indonesia Timika Papua terus berlanjut. Ternyata, tindak kekerasan ini sudah dimulai sejak tahun 1977.

"Menurut saya, kehadiran PT Freeport di Timika mengandung masalah serius, sehingga tidak mengherankan tindak kekerasan masih terus berlangsung," kata Koordinator Elsam Amiruddin Ar Rahab di Jakarta, Rabu (16/7).

Menurut Amir, dalam studi Elsam yang banyak mengkaji persoalan di tanah Papua, ada dua persoalan pokok di kawasan tambang emas dan tembaga tersebut sehingga tindak kekerasan masih berlanjut. Pertama, Kehadiran PT Freeport tidak memberikan perbaikan hidup bagi orang asli Papua yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.

Kedua, sejak PT Freeport hadir di sana, pola interaksi antarpersonal maupun suku berubah. Hal ini disebabkan imigrasi besar-besaran orang luar Papua masuk ke daerah tersebut. "Data menunjukkan 70 persen penduduk kota Timika adalah pendatang," ungkap Amir.

Lebih jauh ia mengatakan, bagaimanapun kasus penembakan yang terjadi di kawasan PT Freeport adalah tindakan pidana. "Tugas polisilah yang menyelidikinya dan menyeret pelaku ke pengadilan," papar Amir.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, sejak 11 Juli 2009 tercatat ada tiga tindak kekerasan di kawasan itu yang menyebabkan dua orang meninggal dan lima luka parah, baik dari sipil maupun Polri.

Kasus terakhir terjadi kemarin, saat dua orang Brimob ditembak orang tak dikenal. Mereka adalah Bripka Jimmy Renhard yang ditembak di kaki dan Abraham Ngamelubun yang pantat dan pahanya ditembak. Saat ini mereka tengah dirawat intensif di R.S. Kuala Kencana Timika.

Dengan tertembaknya beberapa polisi, Amir melanjutkan, mau menunjukkan belum siapnya kepolisian baik secara metode maupun pemetaan masalah di kawasan PT Freeport. "Mereka baru 2 tahun di sana. Selama ini kan yang menjaga tentara, TNI," tuturnya.

Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi kepolisian untuk menunjukkan profesionalitasnya sebagai aparat penegak hukum. Bagaimana menyikapi kasus ini? Amir mengungkapkan bahwa kasus ini akan terus berlanjut selama pemerintah tidak menjalankan kewajibannya untuk campur tangan dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, khususnya di kawasan PT Freeport. "Tentu ini terkait juga dengan PT Freeport-nya," katanya.

Kemudian, penegakan hukum mesti dilakukan, siapapun pelakunya ditindak. "Apapun alasannya, entah soal ekonomi maupun sosial, hukum mesti ditegakkan," tandas Amir.

Penembakan Timika, Kemungkinan Dilakukan Mantan Anggota Kopassus

Penembakan Timika, Kemungkinan Dilakukan Mantan Anggota Kopassus
Sejumlah aparat kepolisian di Timika.
Kamis, 16 Juli 2009 | 18:45 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Mohammad Hilmi Faiq

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komsi III DRP Suripto menduga pelaku penembakan di Timka adalah bekas anggota Komando pasukan Khusus (Kopassus) yang disersi. Alasannya, penembakan tersebut tidak mungkin serapi itu kalau tidak dilakukan oleh tenaga profesional dan terlatih.

Di daerah Timika ini kan banyak mantan anggota Kopassus yang disersi. Mereka belum ditertibkan, kata Suripto saat berkunjung Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Kamis (16/7).

Suripto tidak tahu persis apakah para pelaku itu membuat kerusuhan atas inistaif sendiri atau atas suruhan orang lain. "Itu yang perlu dikaji lagi," ujarnya.

Konvoi Logistik PT Freeport Ditembaki

Konvoi Logistik PT Freeport Ditembaki
ilustrasi
Jumat, 17 Juli 2009 | 15:27 WIB
TIMIKA, KOMPAS.com — Konvoi logistik milik PT Freeport, Jumat (17/7), ditembaki orang tak dikenal saat melintas di Mile 49, antara Port Side Timika menuju Tembagapura, Papua.

Kapolda Papua Irjen Pol Bagus Ekodanto seusai rapat tertutup dengan Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen Supriyadin AS, Dir Ops Kapolri Irjen Pol SY Wenas, dan sejumlah pejabat militer baik Polri maupun TNI, kepada wartawan di Timika, mengakui, pihaknya siap mengamankan perjalanan menuju Tembagapura ataupun sebaliknya.


Namun, itu dilakukan bila perusahaan meminta seperti yang saat ini dilakukan yakni pengawalan pengiriman logistik dari Port Side Timika menuju Tembagapura.

Kapolda Papua sendiri ketika dihubungi melalui telepon selulernya untuk dikonfirmasi tentang kasus penembakan di Mile 49 hingga berita ini diturunkan tidak bisa dihubungi.

Bukti Intelijen Lemah

Bukti Intelijen Lemah
Ledakan di Hotel Marriott menghancurkan kaca-kaca gedung.

Jumat, 17 Juli 2009 | 15:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, membuktikan lemahnya kinerja aparat intelijen. "Mungkin, petugas intelijen kita sibuk mengurusi pemilu sehingga kinerjanya menjadi lemah," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris, di Jakarta, Jumat (17/7).

Menurut Syamsudin, lemahnya kinerja aparat intelijen di Indonesia itu hampir menyeluruh, baik dari Badan Intelijen Negara (BIN), maupun Polri. Hal itu dapat terlihat dari belum mampunya petugas intelijen mendeteksi kemungkinan adanya tindakan terorisme, seperti yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton itu.

Mungkin, kata Syamsudin, aparat intelijen dikonsentrasikan sepenuhnya dalam mengamankan proses pemilu presiden sehingga pemantauan terhadap kemungkinan aksi terorisme menjadi lemah. Demikian juga dengan petugas kepolisian. "Mungkin karena pimpinan Polri lebih sibuk mengurusi KPK," katanya.

Menurut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu mengambil langkah perbaikan kinerja di jajaran aparat intelijen, termasuk mengganti Kepala BIN. Pergantian Kepala BIN itu salah satu solusi dalam memperbaiki kinerja petugas intelijen.

"Peristiwa (bom di dua hotel) itu menjadi bukti bahwa Kepala BIN tidak mampu (menjalankan tugasnya)," katanya.

AS Siap Bantu Ungkap Pelaku Bom

AS Siap Bantu Ungkap Pelaku Bom
Presiden AS Barack Obama.
Sabtu, 18 Juli 2009 | 17:35 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com-Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam serangan teror bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta.

Ia menyampaikan bela sungkawa pemerintah dan rakyat AS untuk para korban dan rakyat Indonesia dan siap membantu mengungkap pelaku pengeboman.

"Saya mengutuk keras serangan bom yang terjadi di Jakarta dan saya mengucapkan rasa belasungkawa saya yang paling dalam kepada semua korban dan orang-orang yang dicintainya," kata Obama seperti dikutip siaran pers Kedubes AS di Jakarta, Sabtu (18/7).

Rakyat Amerika, demikian Obama, berdiri mendampingi rakyat Indonesia di saat-saat yang sulit seperti ini, dan Pemerintah AS selalu siap membantu Pemerintah Indonesia mengatasi ini dan bangkit untuk pulih dari serangan yang keji ini sebagai sahabat dan mitra.

"Indonesia selalu bersiteguh dalam melawan ekstrimisme dan kekerasan, dan telah berhasil menekan kegiatan terorisme dalam wilayahnya," kata Obama. Namun, lanjutnya, serangan-serangan saat ini menunjukan bahwa para ekstrimis tetap berkomitmen dalam usaha mereka untuk membunuh pria, wanita, dan anak-anak yang tak bersalah dari semua agama di seluruh negara di dunia.

"Kami akan terus berkerjasama dengan Indonesia untuk melenyapkan ancaman kekerasan dari para ekstrimis ini, dan kami akan tetap setia dalam mendukung terciptanya masa depan yang aman dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia," demikian Obama.


Kapolri: Pelaku Berinisial N

Kapolri: Pelaku Berinisial N
Pascaledakan di dekat Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, aparat keamanan disiagakan.
Jumat, 17 Juli 2009 | 19:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri memastikan salah satu pelaku bom bunuh diri berinisial N.

Berdasar nama yang tercantum dalam daftar masuk (check in) Hotel JW Marriott atas kamar 1808, polisi mendapatkan inisial salah satu pelaku bom bunuh diri.

"Begini saja, saya hanya memberikan inisialnya saja. Inisial N," ujar Hendarso Danuri, dalam konferensi persnya di halaman Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7).

Menurut dia, kamar 1808 itu dijadikan posko para pelaku bom bunuh diri ini. Berdasarkan data booking tersebut, N masuk pada Rabu (15/7) dan seharusnya keluar pada Jumat (17/7) ini.

Lalu, apakah mereka terkait dengan Jamaah Islamiah? Kapolri mengatakan, hal tersebut sedang dalam proses penyelidikan. "Jangan berandai-andai. Saya tidak mau berandai-andai," tuturnya.

Bom Bunuh Diri, Pelaku Menginap di Lt 18 Hotel JW Marriott?

Bom Bunuh Diri, Pelaku Menginap di Lt 18 Hotel JW Marriott?
Explosions rocked Ritz-Carlton and JW Marriott Hotels in Mega Kuningan area, Central Jakarta, early Thursday, killing at least four people and injuring several others.
Jumat, 17 Juli 2009 | 13:08 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Neli Triana
JAKARTA, KOMPAS.com — Menyusul ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7), muncul dugaan peristiwa ini adalah aksi bom bunuh diri.
"Ada indikasi ini bom bunuh diri," kata Ketua Komisi I DPR Theo Sambuaga kepada wartawan di lokasi kejadian. Menurutnya, beberapa korban tewas dikenali polisi sebagai anggota jaringan teroris di Indonesia. Namun, tidak dirinci lebih jauh jaringan teroris yang mana.

Lebih jauh, ia mengungkapkan, ditengarai pelaku menginap di lantai 18 Hotel JW Marriott. Ia mengkhawatirkan saat ini masih ada bom-bom lain di sekitar hotel. "Saat ini kendali penyelidikan dipegang sepenuhnya oleh pihak kepolisian. Polisi masih melakukan penyisiran," tandas dia.

Kriminolog: Pelaku Terungkap Setelah Jenis Bom Diketahui

Kriminolog: Pelaku Terungkap Setelah Jenis Bom Diketahui
Beberapa tamu yang menjadi korban selamat ledakan di Apartemen Airlangga memanfaatkan lapangan depan Hotel Ritz Carlton untuk lokasi evakuasi, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (17/7).


Jumat, 17 Juli 2009 | 18:17 WIB

DEPOK, KOMPAS.com — Pakar kriminologi Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala mengatakan, pelaku peledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta Selatan, baru bisa terungkap setelah diketahui jenis bom yang digunakan.

"Dari jenis bom yang digunakan dapat diketahui pelakunya," kata Adrianus, Jumat (17/7).

Adrianus menilai dari dampak ledakan yang terjadi terlihat bahwa ledakan tersebut memang disengaja dan dikendalikan dengan menggunakan pengatur waktu (timer).

"Teknik perakitan yang khusus, cara membuat simpul-simpul, dan cara mensolder rakitan bom, dapat diketahui pelakunya," katanya.

Ia mengatakan, pelaku yang sudah dipantau oleh Polri adalah kelompok Jemaah Islamiyah (JI), kalau memang kelompok tersebut maka akan lebih mudah mengungkap motif dari ledakan tersebut.

"Kelompok tersebut sudah dalam pantauan Polri jadi lebih mudah untuk diungkap motifnya," jelasnya.

Dikatakannya, jika memang JI lama yang beraksi, pengungkapannya akan lebih mudah, dan tidak perlu ditakuti karena JI sudah tidak mempunyai kemampuan yang besar, dan hanya kecil-kecilan.

Lebih lanjut Adrianus mengatakan, kelompok JI kemungkinan saat ini terpecah menjadi dua kelompok yaitu kelompok lama dan baru. "Kalau kelompok JI yang lama mudah diungkap, tetapi kalau JI baru akan semakin sulit dipantau karena belum pernah terdeteksi oleh Polri," katanya.

Jika memang pelaku peledakan bom berasal kelompok JI yang baru, hal itu merupakan hal yang buruk karena akan lebih sulit mengungkapnya. Di samping itu diperlukan pengetahuan-pengetahuan khsusus untuk mengungkap kasus peledakan bom tersebut, katanya.

Mega: Kalau Punya Bukti Jadi Sasaran Tembak, Kenapa Tak Diungkap?

Kerusakan parah di Hotel JW Mariott, Jakarta, setelah terkena ledakan bom Jumat (17/6).


Jumat, 17 Juli 2009 | 18:29 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan, pihak yang menyebutkan punya bukti bahwa dirinya menjadi sasaran tembak seharusnya mengungkap hal tersebut. Pernyataan Mega ini terkait pernyataan SBY yang membeberkan bukti foto bahwa dirinya menjadi sasaran tembak pihak-pihak yang tak menyukainya.

"Ada yang mengatakan sudah tahu (menjadi sasaran), kok dibiarkan. Kalau sudah tahu ya segera diungkap," ujar Mega, menjawab pertanyaan wartawan, di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Jumat (17/7) sore.

Sebagai seorang pemimpin, menurutnya, harus menyadari ada risiko yang mungkin menimpa dirinya. "Sebagai contoh, Presiden Soekarno, mengalami 23 kali ancaman pembunuhan, mulai dari rencana sampai eksekusinya," kata Mega.

Jika bukti-bukti tersebut dibeberkan, menurut Mega, tidak tepat pada suasana prihatin dengan tragedi peledakan.

Terkait Politik, Dalang Bom Bisa Pendukung Calon

Terkait Politik, Dalang Bom Bisa Pendukung Calon
Polisi memeriksa kerusakan setelah terjadi ledakan di Hotel JW Marriott di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (17/7).

Sabtu, 18 Juli 2009 | 11:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton dituding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai terkait dengan politik. Bisa jadi pernyataan tersebut benar, tetapi bukan dari lawan politiknya.

Mantan Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Faruq Muhammad mengatakan bahwa insiden tersebut bisa saja didalangi oleh pendukung kandidat capres dan cawapes.

"Bicara kemungkinan motif politik, jangan terus membayangkan yang kalah, yakni JK-Wiranto dan Mega-Prabowo. Mereka orang terhormat. Tetapi yang di belakang itu bisa jadi tidak puas," tutur Faruq dalam diskusi mingguan bertema "Bom Lagi", di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (18/7).

Ia mencontohkan, kejadian ini seperti supporter sepak bola yang kemudian mengamuk karena jagoannya kalah di lapangan. Namun, tambahnya, motif dan modus peledakan bom Jumat pagi kemarin perlu ditelusuri lebih jauh.

"Sampai di mana koneksinya antara pilpres dan teror bom, akarnya kejahatan balas dendam atau karena kekecewaan, atau bunuh diri, itu perlu diinvestigasi lebih dalam," ujarnya.

Noordin M Top Terkait Bom Mega Kuningan

Noordin M Top Terkait Bom Mega Kuningan
Rekaman video berisi seorang teroris dengan mengenakan topeng dan berlogat Melayu yang diduga Noordin M Top, saat ditayangkan dan disaksikan sejumlah kiai dan ulama dari Jawa Timur di kediaman Wapres Jusuf Kalla, pada 16 November 2005.

Sabtu, 18 Juli 2009 | 11:57 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Ansyaad Mbai menyatakan, Noordin M Top terkait pemboman di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton di Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (18/7) pagi.


"Dari modus yang dilancarkan, ini jelas terkait Noordin M Top," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.


Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai menambahkan, meski modus yang digunakan masih konvensional, yakni bom bunuh diri, aksi ini dilakukan dengan cara yang lebih canggih, yakni langsung menyusup ke dalam sasaran.
"Sebelumnya kan bom bunuh diri hanya dilakukan di luar, di halaman hotel atau apa. Namun ini, di tengah sistem pengamanan yang sudah begitu ketat, mereka bisa menembus hingga ke target sasaran utama," kata Ansyaad.


Ia mengemukakan, meski dalam empat tahun terakhir aksi terorisme tidak terjadi di Indonesia, Noordin M Top beserta sel-sel jaringannya terus aktif melakukan "konsolidasi" meski dalam kurun waktu tersebut aparat juga kerap menyisir dan menangkap para kaki tangan Noordin M Top.


"Kejadian ini merupakan bukti kalau mereka masih kuat dan ini yang harus menjadi prioritas, yakni menangkap si aktor, yaitu Noordin M Top. Selama aktornya belum ditangkap, ya segala upaya antisipasi seperti apa pun akan sia-sia," tuturnya.

Dalam beberapa waktu terakhir, aparat sudah melakukan penyisiran dan penangkapan di beberapa daerah yang diduga sebagai tempat persembunyian dan aktivitas Noordin M Top dan kaki tangannya, seperti Cilacap (Jawa Tengah), Lampung, dan Malang (Jawa Timur).

Salah satu yang tertangkap adalah Syaefudin Zuhri, yang ditangkap di Cilacap, Juni 2009. Berdasar penuturan alumnus sebuah pelatihan di kamp di Afganistan pada 1990, Noordin M Top masih memiliki pengaruh dan jaringan yang kuat di Indonesia.

Tak hanya itu. Menurut teman satu angkatan Ali Imran itu, Noordin M Top masih sangat dilindungi oleh sesama anggota Jamaah Islamiyah (JI) sehingga aparat masih sulit untuk menemukan jejak secara pasti buronan nomor satu itu.

Tim JK-Win: Data Intelijen Kok Disebarluaskan?

Tim JK-Win: Data Intelijen Kok Disebarluaskan?
Presiden SBY memberi keterangan Pers mengenai BOM marriott dan Ritz Carlton di kantor Presiden, Jakarta.

Sabtu, 18 Juli 2009 | 16:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Advokasi pasangan capres dan cawapres Jusuf Kalla dan Wiranto mempertanyakan maksud Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang membeberkan sejumlah fakta dan bukti intelijen dalam pidato kenegaraannya kemarin, Jumat (17/7). Pidato yang disampaikan kepada masyarakat luas ini dimaksudkan sebagai respon Presiden terhadap peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Kuningan.

Menurut Koordinator tim advokasi JK-Wiranto, Chairuman Harajap, seharusnya fakta dan bukti intelijen itu tidak dilemparkan ke publik karena hanya akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. "Kita prihatinkan ada info-info yang berupa data intelijen yang dilemparkan ke masyarakat. Kalau benar itu data intelijen, tentu digunakan untuk mengambil kebijakan," kata Chairuman dalam keterangan pers bersama Tim Kampanye Nasional pasangan capres Mega-Prabowo di Kantor DPP Golkar, Sabtu (18/7).

Lagipula, menurut Chairuman, data-data itu belum teruji kebenarannya dan seharusnya menjadi dokumen rahasia negara. Oleh karena itu, penyebaran fakta-fakta tersebut ditujukan untuk menyebar rasa takut di tengah masyarakat. "Kalaulah memang sudah ada bukti foto, video tentang seseorang yang memegang senjata api dan terlatih menembak, saya kira sudah cukup bukti utk mencari dan menangkapnya," lanjut Chairuman.

Sementara itu, anggota tim advokasi pasangan Mega-Prabowo, Elza Syarief mengatakan Presiden SBY terlalu cepat berkesimpulan. Pernyataannya bersifat prematur. "Polisi dan intelijen belum secara tuntas mencari tahu tapi Presiden sudah mendahului dengan kesimpulan. Buktinya apa?" tanya Elza.

Selang beberapa jam saja, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri maupun Menko Polhukam Widodo AS segera merilis informasi bahwa ledakan bom Kuningan terkait dengan teroris yang sedang buron Noerdin M Top. "Namun, itu pun masih perkiraan, belum masuk penyelidikan," tandas Elza.

Pengebom Kuningan Berusia 25-28 Tahun

Pengebom Kuningan Berusia 25-28 Tahun
Bank yang terletak di Hotel JW Marriott, Jakarta, hancur berantakan pascaledakan bom.
Sabtu, 18 Juli 2009 | 15:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Supervisor Satpam Hotel JW Marriott, Dikdik Achmad Taufik (39), yang menjadi korban ledakan bom di hotel tersebut pada Jumat (17/7) pagi, sempat melakukan komunikasi dengan seseorang yang diduga tersangka peledakan bom.


Ditemui di RS Jakarta, Sabtu, Dikdik yang menderita luka di bawah telinga, kaki, tangan, dan muka tersebut mengaku sempat menegur tersangka peledakan bom beberapa menit sebelum tempatnya bekerja diledakkan.


Menurut Dikdik yang didampingi istrinya, Yaya (33), dan anaknya, Rafi Ansyah, sekitar pukul 07.30 WIB atau beberapa menit sebelum terdengar suara ledakan, dia menegur seseorang yang membawa traveller bag sedang berjalan menuju lounge hotel.


Melihat tamu yang tampak kebingungan dan menghampiri dirinya, Dikdik yang baru memulai shift paginya itu menanyakan sesuatu kepada pria dengan jaket hitam dan bertopi tersebut.

"Apakah ada yang bisa saya bantu," kata Dikdik, yang kemudian dijawab oleh pria berkulit sawo matang tersebut, "Saya mau ketemu bos saya".

Kemudian, Dikdik melanjutkan pertanyaannya, "Siapa bosnya? dan di mana?" kemudian dijawab, "Ini saya mau mengantar pesanan bos saya."

Selanjutnya, karena tamu tersebut mau mengantar pesanan, kata Dikdik, yang tampak masih lemah terbaring di ruang Krisan kamar 351 lantai III RS Jakarta, tidak berani bertanya lebih lanjut.


Sesuai prosedur pelayanan hotel, Dikdik minta seorang temannya bernama Dadang untuk mengantar tamu tersebut ke tempat bosnya. Sebelum mengantar, kata dia, Dadang sempat menanyakan kepadanya siapa tamu tersebut dan diantar ke mana. Setelah itu ketiganya berpisah. Kemudian, Dikdik pergi mengontrol ke lokasi lain.

"Beberapa menit kemudian, ada suara ledakan, dan saya telah tertimpa plafon serta serpihan debu," kata dia.

Dalam kondisi belum menyadari sepenuhnya bila itu bom, Dikdik berlari ke arah belakang dan sempat membunyikan alarm tanda bahaya.

"Menurut informasi, kini Dadang menderita luka cukup parah," kata dia.

Dia juga yakin kalau bom tersebut dirakit di dalam kamar karena setiap tamu yang masuk akan diperiksa secara seksama oleh satuan keamanan yang dia pimpin.

Dikdik juga memperkirakan, tamu yang menginap di kamar 1508 tersebut membawa bom yang siap diledakkan dari kamar turun dengan lift menuju ke arah lounge.

"Saya baru sadar kalau itu diduga tersangka bom bunuh diri setelah melihat kamera CCTV," kata Dikdik sambil mengatakan ciri-ciri fisik yang diduga pelaku adalah berkulit sawo matang, tinggi sekitar 172 sentimeter, dan umur 25-28 tahun.

Selain Dikdik, Andri yang juga bekerja di Marriott sejak tiga tahun lalu pun mengaku melihat secara langsung orang yang diduga sebagai tersangka.

Sayangnya, Andri yang dirawat di ruang Yasmin tidak bisa ditanya lebih banyak karena kondisi pendengarannya belum normal sehingga tim dokter melarang wartawan untuk melakukan wawancara.